Tersingkir dari 16 besar Liga Champions, membuat Arsenal hampir pasti menutup musim tanpa gelar untuk tujuh tahun beruntun. Pantaskah The Gunners masih mempercayakan Arsene Wenger sebagai manajer musim depan?
Arsenal tampil impresif saat leg kedua babak 16 besar Liga Champions melawan AC Milan di Stadion Emirates, Rabu 7 Maret 2012 dini hari WIB. Tim asal London Utara itu sudah unggul 3-0 di akhir babak pertama melalui Laurent Koscielny, Tomas Rosicky dan penalti Robin van Persie.
Arsenal sebenarnya tinggal membutuhkan satu gol lagi di babak kedua untuk setidaknya memaksakan pertandingan ke babak tambahan. Pasalnya, Arsenal tumbang 0-4 pada leg pertama di San Siro. Sayang, hingga akhir pertandingan Arsenal gagal menambah gol.
Tersingkir dari Liga Champions membuat Arsenal menuju tahun ketujuh tanpa gelar. Pasalnya, mereka sudah tersingkir dari ajang Piala FA dan hanya berada di posisi keempat Premier League. Dengan menyisakan 11 pertandingan, dan tertinggal 17 poin dari Manchester City di puncak klasemen, Arsenal butuh mukjizat untuk merebut gelar Premier League musim ini.
"Penampilan kami menunjukkan semangat fantastis dan kami mengembalikan harga diri setelah leg pertama. Sayangnya kami harus tersingkir. Kami memiliki banyak peluang, kami terus mencatat tren kemenangan dan sayangnya kami harus membayar hasil buruk di leg pertama," ujar Wenger usai pertandingan seperti dilansir
Sky Sports.
Manajer Ajaib
Melihat keberadaan Wenger di Arsenal memang cukup mengherankan. Dengan paceklik gelar dalam tujuh tahun terakhir, arsitek 62 tahun tersebut tetap mampu mempertahankan jabatannya di Emirates. Nasib berbeda harus dirasakan manajer-manajer yang menukangi Chelsea atau Liverpool.
Chelsea misalnya. Sejak kedatangan Wenger ke Arsenal pada 1996, klub berjuluk The Blues itu sudah berganti pelatih sebanyak 12 kali. Yang terakhir adalah Roberto Di Matteo yang menggantikan peran manajer terdepak, Andre Villas-Boas.
Sedangkan Liverpool sudah berganti manajer lima kali sejak kedatangan Wenger di Arsenal. Praktis, The Professor hanya kalah dari Sir Alex Ferguson status untuk manajer terlama menangani sebuah klub di Premier League.
Arsenal tetap mempercayakan Wenger meski tidak pernah meraih gelar sejak menjuarai Piala FA pada 2005. Bayangkan jika Wenger melatih Chelsea atau Liverpool, mungkin saat ini dia sudah melatih klub lain saat ini.
Wenger memang terbilang manajer ajaib. Didatangkan dari klub asal Jepang Nagoya Grampus Eight pada musim 1996/1997, kedatangan Wenger sempat menjadi perbincangan. Arsenal dianggap telah mendatangkan manajer dari negeri antah-berantah. Bahkan suratkabar Evening Standard mengeluarkan headline 'Arsene Who?' atau 'Wenger Siapa?'.
Namun, Wenger langsung menghapus keraguan publik Inggris dengan mempersembahkan gelar Premier League di musim berikutnya. Pelatih kelahiran Strasbourg, 22 October 1949, itu kemudian mengantarkan Arsenal juara Premier League musim 2001/2002 dan 2003/2004.
Empat gelar Piala FA juga dipersembahkan Wenger pada 1998, 2002, 2003 dan 2005. Empat trofi Community Shield juga direbut Arsenal di bawah asuhan Wenger pada 1998, 1999, 2002 dan 2004.
Faktor David Dein
Aktor utama kedatangan Wenger ke Arsenal adalah mantan Wakil Presiden Arsenal, David Dein. Saat itu Dein mendapat masukan dari Gerard Houllier yang ketika itu menjadi Direktur Teknik Federasi Sepakbola Perancis (FFF).
Duet Wenger dan Dein tidak bisa dipungkiri menjadi kunci sukses keberhasilan Arsenal. Pasalnya, Dein merupakan penghubung Wenger dengan dewan pimpinan The Gunners. Dein juga orang yang memenuhi permintaan transfer Wenger, seperti mendatangkan Patrick Vieira, Marc Overmars, Dennis Bergkamp, Nicolas Anelka, Robert Pires hingga Thierry Henry.
Seiring dengan kepergian Dein pada 2007, prestasi Arsenal mulai tertinggal jauh dari rival utama seperti Manchester United dan Chelsea. Terutama dalam hal kualitas dan pembelian pemain.
Arsenal hanya mampu mendatangkan pemain-pemain kelas medioker seperti Laurent Koscielny, Sebastien Squillaci, Marouane Chamakh dan Gervinho. Tanpa Dein, Arsenal kesulitan mendatangkan pemain bintang dan berpengalaman, seperti Xabi Alonso dan kiper Mark Schwarzer.
Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan hengkangnya pemain-pemain kunci seperti Samir Nasri, Cesc Fabregas dan Gael Clichy. Ketiganya hengkang setelah Arsenal gagal meraih gelar sejak 2005 silam.
Desakan Suporter
Kekesalan fans terhadap paceklik gelar Arsenal semakin menjadi-jadi musim ini. Kinerja Wenger pun mulai dipertanyakan. Terlebih dengan tindakan Wenger yang tidak memanfaatkan dana £50 juta (setara Rp720 miliar) untuk melakukan pembelian bintang.
Praktis tidak ada pemain bintang yang dibeli Wenger musim ini. Arsenal hanya mendatangkan Per Mertesacker, Mikel Arteta, Andre Santos dan Gervinho musim ini. Kondisi tersebut membuat fans Arsenal yang tergabung dengan The Arsenal Supporters’ Trust (AST) marah besar.
Selama ini Wenger memang dikenal sebagai pelatih yang pelit dan fokus pada pemain muda. Namun, kali ini AST menilai tindakan Wenger sudah kelewatan dengan tidak membeli pemain bintang untuk menggantikan peran Fabregas dan Nasri. Terlebih Arsenal sudah menaikkan harga tiket hingga 6,5 persen musim ini.
"Kami akan bertanya di akhir musim apakah Arsene Wenger masih jadi orang yang tepat untuk pekerjaan ini, tapi sepanjang musim ini, kami selalu mendukung manajer dan tim. Itu filosofi kami dan tidak pernah berubah," ujar perwakilan AST, Tim Payton.
Payton juga menilai Arsenal membayar pemain yang tidak sepadan kemampuannya. Bahkan musim ini Arsenal mengeluarkan dana 40 persen lebih banyak daripada Tottenham Hotspur, yang saat ini berada satu tingkat lebih baik daripada Arsenal di klasemen Premier League.
"Kita mengeluarkan uang terlalu banyak untuk gaji. Kita memberi gaji terlalu tinggi untuk pemain yang bisa kita depak," tegas Payton.
Kondisi ini membuat Wenger harus bekerja keras untuk memberi kesan terbaik di akhir musim. Setidaknya Arsenal bisa mempertahankan posisi empat besar di akhir musim dan berlaga di Liga Champions musim ini. Jika gagal bermain di Liga Champions, kemungkinan besar Wenger harus terdepak dari Emirates.