Gagal lagi. Untuk kesekian kalinya trofi yang sudah di depan mata lepas dari genggaman tim nasional Indonesia. Kali ini giliran Timnas U-21 Gagal Maning Menjadi Juara
di turnamen Hassanal Bolkiah Trophy di Brunei Darussalam.
Tentu masih tajam di ingatan kita bagaimana Bambang Pamungkas dan kawan-kawan gagal di Piala AFF 2010 lalu. Kala itu Timnas senior menyerah di tangan Malaysia di final.
Setahun berselang, giliran Titus Bonai dan kawan-kawan dari Timnas U-23 gagal di final SEA Games 2011. Garuda Muda kembali menyerah dari lawan yang sama, Malaysia.
Kali ini, lawan yang menggagalkan Garuda Muda berbeda. Adalah Brunei Darussalam yang menghancurkan mimpi Andik Vermansyah dan kawan-kawan.
Timnas U-21 Menyerah 0-2 dari Brunai(Memalukan)
di Stadion Hassanal Bolkiah, Jumat malam, 9 Maret 2012. Dua gol Brunei dicetak Aminuddin Zakwan dan Adi Bin Said.
Kekalahan ini tentu sangat menyakitkan. Bukan hanya pemain dan pelatih yang kecewa, tapi seluruh masyarakat Indonesia juga sakit hati. Tak lain karena Timnas sudah lama puasa gelar.
Bagaimana tidak, berdasarkan rekor pertemuan dan rangking FIFA, Timnas Indonesia sebenarnya jauh lebih baik dari Brunei. Indonesia kini berada di rangking 147 FIFA, sedangkan Brunei cuma di peringkat 201.
Menurut data IFFHS, Timnas Indonesia juga memiliki rekor bagus melawan Brunei. Dari 8 pertemuan sebelumnya, lima partai berhasil dimenangi skuad Garuda. Brunei cuma menang sekali, sisanya seri.
Yang lebih menyakitkan, kekalahan ini membuat Indonesia yang dulu dikenal sebagai raja di kawasan Asia Tenggara, kini harus turun ke kasta lebih bawah lagi. Jangankan mengalahkan Malaysia, Thailand, Singapura maupun Vietnam, Indonesia kesulitan menaklukkan Brunei. Negara yang boleh disebut berada di kasta ketiga di kawasan ASEAN.
Efek Kompetisi
Menurut pelatih Timnas, Widodo Cahyono Putro, kekalahan timnya dari Brunei dikarenakan skuad Garuda muda Kalah Pengalaman
Pemain-pemain yang dibawa rata-rata masih 'hijau'. Jangankan di level Timnas, di level klub saja mereka jarang bermain.
Seperti kita ketahui, pilihan pemain Widodo juga sangat minim. Ini karena PSSI hanya mengizinkan pemain yang dibawa berasal dari kompetisi IPL. Sedangkan bakat-bakat emas yang bermain di klub-klub Liga Super Indonesia (ISL) diacuhkan begitu saja.
“Yang pasti, kami kalah jam terbang dan pengalaman. Pemain yang ada sekarang bukan lewat kompetisi. Meski mereka punya potensi,” ucap Widodo.
"Kita harus akui bahwa Brunei lebih baik. Brunei lebih cerdik," katanya lagi.
Meski Baanyak Yaang Kecewa , namun Wakil Ketua Umum PSSI, Farid Rahman, menilai prestasi jadi
runner up sudah cukup membanggakan. Padahal, Indonesia pernah menjadi juara di turnamen ini pada 2002.
"Ini hasil yang baik. Jadi, mengapa harus mundur. Ini suatu tantangan. Kami akan mengevaluasi lagi untuk memberikan hasil terbaik. Apalagi, tim ini akan diproyeksikan menghadapi SEA Games 2013," kata Farid.
"Pemain telah bermain optimal. Kami coba bermain passing datar satu-dua, tapi tidak berhasil. Brunei yang menang. Tapi, mereka pemain baru dan saya pikir mereka telah menampilkan perjuangan yang optimal," kata Farid menanggapi kekalahan Timnas U-21.
Sekretaris Jenderal PSSI, Tri Goestoro, lebih menyerahkan penilaian prestasi Timnas Kepada Masyarakat"Saya kira semua sudah menyaksikan. Hasil pertandingan ini seharusnya menjadi cambuk bagi kita semua."
"Setelah ini, kami akan melakukan evaluasi. Biar masyarakat sendiri yang menilai. Tapi, kami akan terus melakukan evaluasi agar lebih baik lagi," ujar Tri.
Sebelum dikalahkan Brunei, Timnas senior beberapa hari lalu juga sudah dipermalukan Bahrain. Skuad Garuda mencatat rekor kekalahan terburuk sepanjang masa, 0-10.
Hal ini tentu menambah catatan buruk Timnas di era kepemimpinan Djohar Arifin Husin. Mulai dari gagal memenuhi target medali emas di ajang SEA Games, hancur-hancuran di kualifikasi Piala Dunia (6 kali main, 6 kali kalah), dan terakhir dihajar Brunei Darussalam di final turnamen Hassanal Bolkiah Trophy.
Awan gelap terus menyelimuti timnas Indonesia. Lapar dan haus gelar juara makin mencekik leher pecinta timnas Indonesia. Masyarakat semakin sakit hati dan kecewa.