Murni
lintasperistiwa12.com - Sempat dikritik pada laga pembuka melawan Italia, Spanyol akhirnya membuktikan manfaat bermain tanpa striker murni pada babak perempat final. Tim ”La Furia Roja” menundukkan Perancis, 2-0, lewat gol yang diborong gelandang bertahan Xabi Alonso pada menit ke-19 dan ke-90.
Kemenangan atas ”Les Bleus” seolah menjadi jawaban sempurna Pelatih Vicente del Bosque terhadap keraguan banyak kalangan. Sejumlah pertanyaan pun mengemuka, seperti mengapa ia tak pernah memainkan Fernando Llorente dan Alvaro Negredo yang bersinar di Liga Spanyol? Kenapa pula Fernando Torres hanya kebagian jadi starter saat melawan tim lemah Irlandia?
Del Bosque bukanlah Jose Mourinho. Ia memilih menjawab pertanyaan itu dengan hasil di atas lapangan, bukan mengumbar kata-kata lewat media. Del Bosque yang menangani Spanyol sejak tahun 2008 meyakini, La Furia Roja kaya akan gelandang dengan talenta brilian.
Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Sergio Busquets, Cesc Fabregas, dan Xabi Alonso matang bersama klub raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid. Sementara David Silva sukses membawa Manchester City menjadi juara Liga Inggris musim lalu. Keenam pemain itu tak hanya jago menggocek bola, tetapi juga piawai mengatur permainan dan mencetak gol.
Del Bosque pun mengeksploitasi kelebihan itu untuk menerapkan taktik baru dalam Piala Eropa 2012. Gelandang serang, Fabregas, dimainkan sebagai striker utama menggantikan peran Torres yang angin-anginan di Chelsea. Fabregas didampingi Iniesta dan Silva dalam pola 4-3-3.
Lini tengah begitu solid dengan trio Alonso, Busquets, dan Xavi. Saat melawan Perancis, mereka terus bergerak dan aktif bertukar posisi. Dengan kualitas teknik mumpuni, Xavi dan kawan-kawan fasih memainkan tiki-taka yang mengutamakan penguasaan bola untuk mengkreasi peluang.
Perancis pun keder menghadapi gaya bermain yang melekat pada tim Spanyol dalam beberapa tahun terakhir. Franck Ribery dan kawan-kawan hanya bermain baik pada 15 menit pertama sebelum akhirnya Spanyol mengambil alih kendali laga.
Gol pembuka yang diciptakan Alonso lewat sundulan pun tak lepas dari rasa frustrasi lini belakang Les Bleus. Gol berawal dari kegagalan bek kanan Mathieu Debuchy mengawal Jordi Alba. Debuchy yang kalah cepat justru terjatuh ketika Alba menusuk ke dalam kotak penalti. Ia pun leluasa mengumpan ke Alonso yang tak terkawal.
Alonso pula yang mencetak gol kedua Spanyol melalui titik putih pada pengujung laga. Hukuman penalti diberikan wasit setelah bek Perancis, Anthony Reveillere, menjatuhkan Pedro Rodriguez di kotak 16.
Selain berkat mendominasi jalannya laga, kemenangan Spanyol tak lepas dari konflik internal di tubuh Les Bleus. Kekalahan 0-2 dari Swedia pada laga terakhir Grup D membuat sejumlah bintang Perancis meradang. Samir Nasri, Patrice Evra, dan Ribery menyalahkan pemain lain yang dianggap tampil tak bersemangat.
Pelatih Laurent Blanc pun akhirnya hanya memainkan Ribery sebagai starter pada babak perempat final melawan Spanyol. Nasri baru masuk pada menit ke-65 menggantikan Florent Malouda. Sementara Evra sama sekali tak dimainkan.
”Sejumlah pemain tidak menjadi pilihan utama karena emosi mereka masih labil. Namun, hal itu bukan penyebab kami kalah karena Spanyol bermain jauh lebih baik,” ujar Blanc kepada L’Equipe.
Menurut mantan Pelatih Bordeaux itu, para pemain frustrasi karena tak mampu menguasai lini tengah. Akibatnya, mereka tampil kikuk dan ceroboh mengawal pergerakan lawan. ”Gol pertama Alonso sangat menyebalkan karena disebabkan lengahnya konsentrasi pemain,” kata Blanc.
Sementara mantan Pelatih Italia Marcello Lippi berpendapat, sukses Spanyol tak lepas dari inovasi Del Bosque mengembangkan strategi tiki-taka. ”Ia menambah unsur pertahanan ala catenaccio. Spanyol semakin kuat karena menerapkan pertahanan berlapis sambil tetap menguasai bola sepanjang laga,” ujarnya kepada La Gazzetta dello Sport. (RIZ)