Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menilai target pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak siap jual alias
lifting hingga 1 juta barel per hari pada 2014 cukup sulit. Instruksi Presiden nomor 2 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Produksi Minyak Nasional dinilai tidak dijalankan dengan baik di tingkat Kementerian.
Deputi Pengendalian Operasi BP Migas Rudi Rubiandini menjelaskan, Inpres tersebut sudah cukup membantu dalam meningkatkan
lifting minyak nasional, namun belum diterapkan maksimal. "Sebenarnya itu cukup membantu, beberapa daerah sudah mulai cair, seperti Jabung Timur dan Cepu," kata Rudi di Jakarta, Sabtu, 10 Maret 2012.
Namun dia mengakui masih ada beberapa daerah yang masih mempersulit investasi migas. Selain di daerah, ternyata di tingkat Kementerian, Inpres tersebut tidak diterapkan dengan baik. "Inpres itu mandul. Kapal terlambat masih terjadi, tumpang tindih lahan juga masih, izin dari kehutanan juga masih lama," katanya.
Ia menjelaskan target
lifting di atas 1 juta barel susah diwujudkan walaupun
lifting blok Cepu sudah naik menjadi 135 ribu barel per hari. Ini karena setiap tahun
lifting minyak Indonesia terjadi penurunan sekitar 20 ribu barel per hari. "Saat ini
lifting kita sekitar 900 ribu barel per hari, jadi walau ditambah Cepu tidak akan sampai 1 juta," katanya.
Walaupun begitu, masih ada harapan untuk meningkatkan
lifting Indonesia, yaitu pemerintah harus memberikan kepastian investasi. Salah satunya adalah kepastian perpanjangan kontrak Blok Mahakam untuk Total E&P Indonesie. "Kalau Total diperpanjang, pasti investasi jor-joran, produksinya dapat naik lagi," katanya.
Selain itu, Rudi juga mendorong Pertamina meningkatkan produksi minyak yang saat ini juga mengalami penurunan. "Walaupun beberapa lapangan lain sudah naik tetapi tidak bisa mengimbangi penurunan produksi Total dan Pertamina," katanya.